Wednesday, October 23, 2013

Cerita tentang Teman

Hari ini saya hanya mau bercerita. Cerita pendek tentang teman-teman baru di rumah sakit.

Datang setiap hari ke rumah sakit untuk radiasi, membuat saya bertemu banyak orang terutama sesama pasien yang sedang diradiasi. Umumnya mereka berusia di atas saya. Dalam kaca mata penyakit kanker PD, umur 37 (usia saya saat ini) tergolong muda. Rata-rata pasien berumur 50 tahun ke atas. Berada di sekitar mereka membuat saya merasa muda sekali, apalagi kemarin ada 2 orang pasien mengatakan tampang saya seperti remaja. Ha3... Lumayanlah paling tidak ada hal-hal yang membesarkan hati di RS.

Inilah sekilas latar belakang teman-teman baru saya (semua nama saya ganti untuk privacy). Rena saya kenal saat sedang menunggu kelas hatha yoga ( ada banyak sekali kelas-kelas bagian dari integrative medicine di sini yang akan saya ceritakan juga di lain kesempatan). Ia berada di RS ini untuk mendampingi suaminya yang sedang menjalani pengobatan untuk kanker PD. Ya benar, suaminya yang terkena kanker PD. Mereka berdua berusia 53 tahun. Saya tahu bahwa kanker PD bisa menyerang laki-laki tapi tetap saja saat menjumpai sendiri kasusnya saya cukup kaget. Karena prosedur deteksi dini tidak sebaik pada wanita (saya belum pernah mendengar ada mammogram untuk laki-laki) maka saat diketemukan, kanker pada suami Rena sudah stadium lanjut (4) menyebar (metastase) ke tulang pinggul. Metastase pada kanker PD biasanya memang ke tulang, hati, paru-paru, dan otak. Mereka menemukan kanker PD tersebut karena terdapat benjolan di PD suaminya yang terlihat jelas dengan mata dan terasa keras seperti batu saat diraba. Benjolan tersebut membesar cukup cepat dalam waktu 1 minggu begitu tuturnya. Seperti saya, suami Rena menjalani operasi pengangkatan PD(mastectomy), kemoterapi dan radiasi.

Juni saya kenal di kelas Get Moving. Kelas ini mengkombinasikan musik dengan gerakan-gerakan senam, seperti perpaduan aerobik dan dansa. Juni berusia 39 tahun, ia kelihatan penuh semangat dan energi. Rambutnya pun masih lebat tidak seperti pasien kanker yang pernah kemoterapi. Hanya coretan-coretan di dada dan lehernya yang menunjukkan bahwa ia juga sedang menjalani radiasi. Saya tanyakan kenapa rambutnya tidak rontok, apakah ia tidak menjalani kemoterapi. "Saya dikemoterapi 4 tahun yang lalu. Sekarang tidak lagi, hanya radiasi. Kanker itu datang kembali dan sekarang metastase ke hati." Begitu ceritanya. Ooohhh....saya tidak tahu harus berkata apa. Kanker yang muncul kembali adalah hal yang paling ditakutkan semua orang yang pernah berjuang melawannya. Bukan saja beratnya proses pengobatan yang harus dijalani namun biasanya apabila kanker itu muncul lagi maka prognosis atau harapan/prediksi ke depannya lebih suram dari diagnosa yang pertama. Terus terang saya salut melihat semangat hidup yang memancar dari diri Juni.

Teri saya temui di kelas Breast Cancer Support Group. Ia telah menyelesaikan proses pengobatan 2 tahun yang lalu. Saat ini ia sehat, bugar dan segar. Ia datang ke RS untuk kontrol rutin tahunan. Teri adalah salah seorang dari pasien yang penyakitnya muncul didorong faktor genetik. Ada 2 gen dalam kromosom kita yang berhubungan dengan kanker PD, BRCA1 dan BRCA2. Gen-gen ini bertugas mengganti sel-sel yang rusak. Jika gen ini termutasi maka ia tidak bisa lagi menjalankan tugasnya sehingga sel yang rusak bisa berubah menjadi kanker.  Hasil tes genetik Teri menunjukkan kalau BRCA1nya positif mutasi. Berdasarkan hasil uji gen tersebut, ia menjalani double mastectomy 2 tahun yang lalu (sama seperti Angelina Jolie, hanya saja Teri sudah terkena kanker sementara Jolie tidak). Ia bercerita bahwa adik perempuannya juga positif BRCA1 namun sama seperti Jolie tidak menderita kanker. Langkah preventif double mastectomy yang dilakukannya belum dilakukan oleh adiknya. Memang tidak mudah untuk wanita yang sama sekali sehat  untuk dapat merelakan PD-nyadibuang walaupun itu untuk menghindarinya dari penyakit kanker. Orang yang positif BRCA1 atau 2 memiliki probabilitas terkena kanker PD dalam hidupnya sebesar 80% dan 55% kanker ovarium untuk BRCA1 dan 25% untuk BRCA2. Saat ini Teri masih membujuk adiknya untuk melakukan double mastectomy. Ia sendiri sedang mempersiapkan diri untuk menjalani operasi oophorectomy yaitu pengangkatan ovarium untuk mencegah kanker ovarium di kemudian hari.

Saya bertemu Kristine di kelas pilates. Kristine mempunyai 2 orang anak yang pertama berusia 24 sedang kuliah S2 dan yang kedua 21 tahun sedang kuliah S1. Suaminya meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Setahun yang lalu di bulan Oktober dirinya didiagnosa kanker PD. Dua tahun terakhir ini merupakan saat yang berat baginya namun ia tetap semangat. Sebagaimana umumnya pasien radiasi, ia harus menyelesaikan 30 kali radiasi. Saat ini ia sudah setengah jalan. Berarti hanya berbeda 2 minggu dengan saya tetapi saya heran mengapa ia baru radiasi sekarang sementara diagnosanya berbeda sekitar 3 bulan lebih dulu dari saya. Saat saya tanyakan, ia bercerita bahwa ia harus menjalani 3 kali operasi. Operasi pertama, dokter mengambil benjolan di PD-nya. Setelah hasil pathology keluar ternyata margin dari benjolan yang diambil belum bersih dari sel kanker sehingga ia harus kembali dioperasi. Demikian pula yang terjadi pada operasi kedua. Saat diberitahu harus kembali lagi ia bilang "Sudah dok, dibuang saja semua PD kiri ini.". Namun dokter tidak setuju. Akhirnya setelah operasi ketiga margin yang diambil menunjukkan area bersih yang mencukupi. Wow, baru saya tahu bahwa operasi bisa dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan margin yang bersih.

Selanjutnya ada lagi Anne, Becky, dan Lisa. Saya tidak akan bercerita tentang mereka di sini karena tiba saatnya makan siang dan setelah makan siang kelas Yoga for Health sudah menanti ;).

2 comments:

  1. SubhanAllah... they are great people... I admire their faith and strength through it all ... specially you dek ... ngga berhenti kagum sm kamu adiku seorang yang luar biasa ......Allah selalu melindungi kmu dlm doaku we love you and miss you so much ... and for you guys Keep the fighting..! God bless you all...

    ReplyDelete
  2. Aamiin Y.R.A. Makasi bgt utk selalu berdoa utk gout mbak, utk support2nya, utk selalu ngingetin gout utk berdoa, sabar dan tawakal. Kamu udah bisa berperan sbg pengganti almarhumah ibu. Love you too my dear sister!

    ReplyDelete