Thursday, December 12, 2013

I want to change!

Senang rasanya bisa kembali menjalani kehidupan normal. Mengantar jemput anak ke sekolah, belanja keperluan sehari-hari, mencuci piring, membersihkan rumah, melipat baju, menyiapkan makanan untuk keluarga. Alhamdulillah sudah bisa saya lakukan lagi. Setelah hampir satu tahun akhirnya saya bisa merasakan nikmatnya hidup tanpa doctor appointment, chemoteraphy, dsb dst. Dua hal yang masih tersisa tinggal jadwal physiotherapist dan satu pil Tamoxifen setiap hari.

Pergi ke rehabilitation center ternyata juga membuka mata saya. Di sana saya bertemu physiotherapist saya, Kelly namanya. Di salah satu pertemuan, ia bercerita kalau neneknya sudah berusia 97 tahun. SEMBILAN PULUH TUJUH TAHUN dan SEHAT. Neneknya masih bisa mandi sendiri, pergi shopping dan pergi ke kasino setiap hari dari jam 10 pagi hingga 3 sore. Ha3.. Jangan khawatir, saya tidak akan membahas bagian tentang pergi ke kasino dan membuang-buang uang di sana.

Di kota saya tinggal, saya memang sering sekali melihat orang-orang tua dimana-mana. Dari penampilannya saya duga mereka berusia antara akhir 70an hingga 80an. Rambut putih, badan sedikit bungkuk, berkaca mata dan gerakan tubuh yang melambat. Banyak di antara mereka hidup sendirian atau dengan pasangannya yang juga sama-sama sepuhnya. Beberapa di antara mereka bahkan masih memiliki teman-teman seumuran dimana mereka masih rutin bertemu seminggu sekali. Mereka masih bisa memakai make up, baju terbaik dan menunggu temannya menjemput untuk bersama-sama pergi ke restauran sekedar untuk menghabiskan waktu luang, nostalgia dan tertawa bersama. Mereka juga masih aktif pergi ke fitness center. Di tempat yang saya datangi, ada kelas-kelas untuk orang-orang tua tersebut. Saya seringkali melihat kelas aquatic fitness yang penuh dengan para nenek kakek tersebut. Juga kelas dancing to the oldies, mereka semangat berolahraga bersama.

Betapa saya ingiiiiinnn bisa seperti mereka, sehat wal'afiat dan panjang umur. Didorong rasa ingin tahu, saya tanya ke Kelly apa kebiasaan neneknya hingga ia masih sehat di usianya yang sangat lanjut. Katanya, sejak muda neneknya banyak melakukan kegiatan fisik dan rajin berjalan kaki. Ia juga tidak merokok dan minum alkohol. Ia memasak sendiri makanannya dan rajin minum teh atau kopi.  Sederhana ternyata. Masih penasaran, saya tanyakan tentang jenis makanannya, Kelly berkata kalau mereka jaraaaangg sekali makan daging merah. Kalau hari ini ia makan burger, baru 1-2 bulan lagi ia makan burger. Demikian pula goreng-gorengan (deep fried food). Gorengan dianggap sebagai treat yang hanya bisa dimakan sekali-sekali saja. Yang sering adalah ikan dan ayam. Cara memasaknya pun hanya di oven, steam, atau grill. Oia satu lagi, banyak sayur dan buah.

Sekali lagi, itu bukan pengetahuan baru bagi saya. Informasi seperti itu sudah sering saya baca dari buku atau internet namun yang membuat saya terpana adalah bertemu dan mendengar langsung kisah nyata dari orang yang mempraktekkan gaya hidup tersebut. Selama ini saya pikir di sini manusia umurnya lebih panjang karena simply mereka hidup di negara maju yang semuanya lebih baik. Saya mengira, mereka beruntung saja hidup di negara maju sehingga usia harapan hidupnya bisa lebih panjang. Tapi sekarang saya sadar bahwa, mereka pun ikut berkontribusi terhadap kesehatannya sendiri. Dari makanan yang mereka masukkan ke tubuh mereka dan dari aktivitas fisik yang mereka lakukan untuk mempertahankan kebugaran tubuhnya.

Iseng saya melihat ke belakang tentang cara hidup saya. Bertahun-tahun saya hanya duduk pasif di dalam ruangan, di belakang bangku sekolah, di belakang meja kerja. Saya tidak pernah suka mata pelajaran olahraga jadi fitness center/gym bukan tempat favorit saya. Bertahun-tahun saya mengabuse tubuh saya dengan konsumsi ayam goreng, udang goreng, paru goreng, tempe-tahu goreng, pisang goreng, empal goreng, pastel goreng, risoles goreng, bakwan goreng, baso tahu goreng, ikan goreng dan jutaan jenis gorengan lainnya. Hmm...tidak heran saya terkena kanker di usia 36 tahun :P... Kalaupun saya tidak kena kanker saat ini, mungkin saya akan terkena penyakit kolesterol, jantung, darah tinggi, asam urat, liver, batu empedu, dsb dst penyakit dalam lainnya di usia 40/50/60, sangat jauuuuhhh dari 97.

So, dengan semangat perubahan, saya langkahkan kaki ke fitness center setiap hari dan saya jauhi goreng-gorengan jahanam itu ha3...,

Don't expect to get different result if you keep doing the same thing, the same way. :P

Sunday, December 1, 2013

The Americans

Saya tidak pernah membayangkan akan tinggal di USA selama lebih dari 3 tahun. Saat saya sedang kuliah di London, saat tengah jatuh hati terhadap segala yang berbau Eropa, saya sempat berkata pada diri sendiri bahwa negara terakhir yang ingin saya kunjungi adalah USA. Saat itu saya tidak melihat ada hal menarik untuk dilihat di USA.

Namun seperti orang tua bilang, jangan terlalu berlebihan apabila kamu tidak menyukai sesuatu karena biasanya hal itu justru akan datang kepadamu. Dan benarlah, 2 tahun setelah menikah, kami pindah ke USA menyusul penugasan dari kantor suami saya.

Selama tinggal di sini, lama kelamaan kami mulai melihat hal yang selama ini tertutupi dari pandangan kami. Saya dan suami sering sekali berbincang dan membahas hal-hal yang menarik perhatian kami. Salah satu dan yang paling sering muncul dalam pembicaraan kami adalah apa yang membuat negara ini menjadi super power di dunia.

Sering kita baca di media massa, USA memang maju namun selalu menghadapi berbagai permasalahannya sendiri. Dari sisi perekonomian, tidak henti-hentinya China dikatakan sebagai kekuatan baru yang mengancam dominasi negara-negara Barat (USA dan Eropa secara umum). Dari sisi akademis, anak-anak di kota besar Asia Timur (Shanghai, Singapore, Seoul, dst) diberitakan lebih unggul dari anak-anak di USA dalam bidang ilmu pasti dan pengetahuan alam. Belum dari banyaknya bencana alam di sini, dari yang tidak pernah saya lihat di Indonesia seperti tornado dan hurricane, sampai yang umum terjadi di nusantara seperti gempa, banjir dan wildfire.

Sampai suatu saat kami menonton film seri yang berjudul "America: The Story of Us". Film ini menceritakan sejarah USA dari mulai awal berdatangannya imigran-imigran dari Eropa, terbentuknya negara USA, Civil War, Great Deppression, hingga era teknologi informasi saat ini. Dari sana, saya dan suami menyimpulkan terdapat hal-hal khususnya dari sisi karakter yang membuat negara ini begitu kuatnya.

Pertama, dari awal terbentuknya negara ini imigran-imigran yang berhasil sampai di benua ini adalah orang-orang yang berjiwa sangat kuat, yang berani meninggalkan negaranya, berlayar menyebrangi samudra luas untuk sampai di wilayah yang sama sekali tidak terbayangkan. Keberanian, kekuatan tekad, dan kepercayaan akan adanya harapan akan kehidupan yang lebih baik, membawa mereka sampai dan bertahan bahkan berkembang di benua ini.

Kedua, agresivitas. Dalam menaklukan benua baru, tidak dapat dipungkiri bahwa agresivitas ada dalam darah mereka. Penduduk dan pemilik asli benua ini yaitu suku Indian dibuat berada dalam kendali. Kekuasaan atas tanah dan semua yang berada di atas dan di dalamnya mereka ambil alih. Melihat bagaimana negara-negara Eropa   menguasai berbagai negara lain di dunia silih berganti sejak jaman Yunani, Romawi hingga masa-masa imperialisme, tidak heran jika imigran-imigran Eropa ini juga memiliki dorongan kuat untuk menaklukan bangsa lain yaitu penduduk asli Amerika.

Selanjutnya, kami juga melihat adanya resilience yaitu kemampuan untuk terus bangkit setiap saat terjadi musibah/ bencana. Benua ini bukan benua yang relatif aman dan tenang seperti Eropa. Seperti telah saya sebutkan sebelumnya, berbagai bencana alam terjadi di sini. Selama kami tinggal di sini, kami menyaksikan sendiri (meskipun hanya lewat TV) bagaimana masyarakat USA tidak pernah patah semangat membangun kembali rumah, sekolah, kantor, toko, kota, kehidupan mereka setelah bencana datang menghancurkan semuanya. Berkali-kali setiap saat sehabis bencana, media massa melaporkan bagaimana kerusakan yang terjadi dan selalu disertai komentar para korban yang menyatakan bahwa mereka akan membangun kembali apa yang sebelumnya mereka miliki.

Alam yang tidak terlalu ramah, disikapi sebagai tantangan oleh mereka. Bukannya lari menghindar, mereka memutar otak dan mencari cara bagaimana mengatasinya. Ilmu pengetahuan berkembang hingga kondisi cuaca dan perubahannya selalu dapat dipantau dan diprediksi hingga sebelum hurricane datang, penduduk dapat diinformasikan langkah apa yang harus disiapkan. Untuk yang belum bisa diprediksi dengan lebih tepat, diciptakan bangunan-bangunan yang lebih tahan gempa dan bungker untuk berlindung dari tornado. Kreativitas dan inovasi menjadi bagian dari kehidupan sehingga ilmu dan teknologi mereka selalu menjadi yang terdepan mulai dari ilmu dan teknologi luar angkasa, alat dan obat-obatan untuk kanker hingga barang yang kita nikmati sehari-hari seperti film dan tablet komputer.

Semangat kolektivitas/kebersamaan. Meskipun sering saya dengar bahwa orang Barat lebih individualis dibanding orang timur, pada kenyataannya hal tersebut tidak saya temui di sini. Orang Amerika sangat senang menjadi sukarelawan, banyak sekali saya temui kegiatan-kegiatan dimana orang-orang yang bekerja adalah sukarelawan. Menjaga perpustakaan, menjaga anak-anak sekolah yang sedang piknik, membersihkan jalan, memberikan konseling pada pasien baru di rumah sakit, hingga membangun rumah untuk orang yang tidak mampu dilakukan oleh tenaga sukarelawan. Hal ini tampaknya didorong oleh semangat untuk memberi kepada komunitasnya. Apalagi jika terjadi suatu bencana atau kecelakaan yang menimpa orang banyak, masyarakat sangat antusias untuk datang membantu. Pengumpulan dana untuk korban dengan cepat mencapai angka-angka fantastis.

Terakhir, insecurity atau perasaan selalu dalam kondisi yang tidak aman. Sering kita dengar bahwa kita perlu ke luar dari comfort zone kita untuk menjadi lebih maju. Ini tidak hanya berlaku untuk perorangan tapi juga organisasi dan negara. Pada level perorangan, sistem tenaga kerja di sini yang membuat perusahaan dapat dengan mudah memberhentikan pegawai, membuat para pegawainya selalu berusaha bekerja dengan baik agar tidak dipecat. Pada level masyarakat, self critics adalah hal yang biasa. Berbagai sistem dan kondisi masyarakat seringkali dikritik dan dianggap kuranga baik. Pada level negara, menurut saya, negara ini selalu mempunyai "musuh". Setelah Perang Dunia, muncul Perang Dingin, lalu sekarang Perang melawan Terorisme. Perang-perang ini pada intinya membuat mereka merasa terancam sehingga tidak tertidur dan tenggelam. Dengan merasa ada ancaman, mereka selalu berpikir dan berusaha untuk menjadi yang paling baik sehingga tidak heran jika saat ini kita menyaksikan negara ini menjadi satu-satunya negara super power di dunia.