Tuesday, October 29, 2013

Life is How You Perceive It

Wiken ini, kami kembali menikmati saat kebersamaan. Suami dan anak saya datang menjenguk. Pergi ke Hermann Park, naik kereta api mini, kemudian sarapan di Rice Village, sudah menjadi rutinitas baru. Saya sangat menikmati saat-saat itu hingga tiba waktunya suami dan anak saya kembali ke Mandeville. Saya selalu jadi melankolis kalau ditinggal sendirian. Sedih tidak bisa lagi bermanja dengan suami, merasa aman di dekatnya. Sedih tidak bisa lagi mendekap dan mencium anak kami, menemani tidurnya, mengajaknya bermain.

Namun seperti biasa pula, keesokan harinya saya kembali tegar. Memiliki rutinitas sangat membantu dalam menghilangkan kesedihan. Selain itu, saya juga selalu menguatkan hati dan berpikir positif. Jadilah sehari setelah suami dan anak saya kembali ke Mandeville, saya menemukan diri saya sedang bershopping ria di Rice Village bersama teman baru sesama pasien radiasi. Ha3...

Kalau saya melihat hidup saya saat ini, rasanya tidaklah terlalu jelek. Benar bahwa setiap hari selama 31 hari kerja saya harus pergi mondar mandir ke rumah sakit, menerima treatment radiasi, bertemu dokter, dsb. Namun setiap hari selalu ada kelas olahraga yang bisa saya ikuti. Ada yoga, pilates, qigong, taichi, get moving, yang semuanya gratis. Otomatis fisik saya lebih bugar, tidur lebih nyenyak dan saya memiliki teman-teman baru yang semua punya ceritanya masing-masing dengan penyakit kanker. Berada di antara sesama pasien, mengubah paradigma. Kondisi normal di sini adalah sakit kanker. Sakit kanker adalah sesuatu yang normal, yang diderita hampir semua orang. Mendengar berbagai kisah mereka, saya masih bisa bersyukur bahwa kondisi saya tidak separah beberapa di antara mereka.

Terkadang kita hanya perlu mengubah paradigma kita, pikiran kita untuk bisa melihat hidup dari sisi yang lain. Hidup yang ada di depan kita bisa sama namun apa yang kita rasakan bisa jauh berbeda. Kalau saya terus mengasihani diri sendiri yang harus berpisah dari orang-orang tercinta (meskipun sementara), saya tidak akan bisa merasakan kegembiraan menjalani hobi shopping saya (bukan hobi yang membanggakan namun saya hanyalah seorang wanita biasa ha3..) menemukan teman-teman baru, semangat berolahraga, dan mempunyai harapan dan semangat hidup yang tinggi.

Saya yakin, apa yang saya rasakan yang akan membawa perubahan. Dengan berpikir positif, saya bisa membuang jauh-jauh kesedihan dan kembali merasakan kebahagiaan. Rasa bahagia memberikan energi positif yang mendorong saya melakukan hal-hal positif. Berolahraga, menjalin persahabatan baru, dan bersemangat dalam menjalani pengobatan.

Terus terang saya menulis artikel ini karena terinspirasi oleh cerita yang yang lihat di berita TV pagi ini. Seorang anak remaja SMA yang terlahir dengan tangan kiri yang tidak sempurna (putus di tengah) mendapat tawaran masuk Universitas tanpa tes karena prestasinya di olahraga basket. Saya melihat sendiri rekaman video betapa jagonya anak ini, Zach Hodskins namanya, bermain basket. Teman-teman satu timnya dan juga lawannya semua memiliki fisik sempurna tidak kurang suatu apapun. Hanya Zach yang berbeda namun sama sekali tidak terlihat kalau kekekurangannya menghambat gerakannya. Bahkan ia menjadi bintang lapangan yang mencerak poin terbanyak. Belum tentu orang yang terlahir dengan fisik sempurna dapat melakukan apa yang dilakukannya. Penasaran, saya search tentang Zach di internet. Saya menangis membaca kisahnya,  tersentuh dengan kegigihan anak ini. Dengan semangatnya yang pantang menyerah, dengan kebesaran hati, dengan kekuatan karakternya, dengan keluarga yang sangat menyayanginya.

Hidup ini hanya satu kali. Hidup adalah karunia dari Allah SWT yang dipercayakan kepada kita untuk menentukan arahnya. Mau seperti apa hidup ini, ada di tangan kita. Seperti firman Allah SWT mengatakan, Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum melainkan kaum itu sendiri yang mengubahnya.

Let's Share the Love

Menonton televisi ternyata tidak selamanya buruk. Belakangan setiap pagi saya selalu menyalakan salah satu channel tv berita pagi. Awalnya hanya supaya ada suara lain yang saya dengar selain suara mobil yang lewat di luar sana dan juga update ramalan cuaca hari itu supaya tidak salah kostum. :D.Lama-lama ternyata ada lagi pelajaran berharga yang bisa saya ambil dari tontonan ini.

Setiap hari di acara tersebut selalu diselipkan kisah tentang orang-orang biasa yang membuat berita. Bukan karena sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada mereka tapi karena mereka melakukan sesuatu yang biasa namun ternyata luar biasa.

Seperti pagi ini, ditayangkan video yang sedang ramai dilihat orang di internet. Video ini tentang reaksi seorang bapak sepulang dari kantor yang diberitahukan bahwa anak laki-lakinya lulus ujian matematika. Melihat video-nya saya tidak kuasa tertawa terbahak-bahak. Bapak ini terkejut, memeluk anaknya, tertawa, melihat kertas ujian, memeluk lagi anaknya dan kembali tertawa terpingkal-pingkal melihat hasil ujian anaknya mendapat nilai C (cukup sebagai syarat kelulusan). Ia begitu gembira namun juga hampir tidak percaya anaknya bisa dapat C, "Are you sure?" begitu ia sempat bertanya dengan mimik muka tidak percaya.

Kalau hanya melihat videonya saja kita paling hanya akan tertawa lucu lalu melupakannya. Namun, stasiun tv ini mengundang bapak dan anak ini untuk wawancara jarak jauh karena mereka tinggal di UK sementara stasiun tv ini ada di NYC, USA. Saat ditanya mengapa sang bapak sampai bereaksi seperti itu, anaknya mengatakan ayahnya memang orang yang emosional makanya ia sengaja merekam momen tersebut. Sang bapak selanjutnya menjelaskan bahwa matematika selalu merupakan subyek yang berat bagi sang anak. Di ujian sebelumnya sang anak mendapatkan nilai F. Oleh karena itu ia mendampingi dan membantu anaknya belajar untuk ujian perbaikan sehingga saat mendapat nilai C, hal tersebut merupakan suatu pencapaian besar bagi mereka berdua. Sementara bagi sang anak, lulus mata pelajaran matematika merupakan saat yang sangat berarti dalam hidupnya yang ia ingin membaginya dengan banyak orang.

Wow, saya terpana menontonnya. Saya melihat orang tua yang sangat mencintai anaknya dan anak yang sangat mencintai orang tuanya. Cinta orang tua yang ditunjukkan dalam dukungannya menemani dan membantu anaknya belajar, mengapresiasi usaha yang dilakukan anaknya, ikut merasakan kesulitannya di sekolah dan juga kegembiraannya saat berhasil dalam ujian. Bagi banyak orang, nilai C bukan apa-apa. Malah tidak sedikit yang merasa tertekan bahkan kecewa mendapatkan nilai C. Tapi orang tua ini sangat mengerti bahwa bukan itu yang paling penting. Usaha dan kegigihan dalam mencapainya yang lebih berarti. Ia tidak memaksakan sang anak untuk menjadi brilian di pelajaran matematika. Ia hanya ingin anaknya lulus agar anaknya dapat melanjutkan kuliah di bidang yang disukainya yaitu memasak. Demikian pula terlihat cinta dari sang anak yang mau maju berperang pantang mundur mengalahkan "musuh"nya dan tidak mengecewakan orang tuanya. Saat wawancara ia sempat mengucapkan bahwa "He is a great dad" sambil menyentuh hangat tangan sang ayah.

"There are so many loving people out there and I'm happy to share this with you" demikian kata penutup dari sang ayah.

Sunday, October 27, 2013

Anti Cancer Rules - Non-Food

1. Make time to walk, dance or run. MInimal 30 menit, 5 hari seminggu. Intinya adalah berolahraga teratur.

2. Get in the sun at least 20 minutes without sunscreen (torso, arms, and legs) on most days. Sinar matahari membantu pembentukan vitamin D di dalam tubuh yang berguna dalam meningkatkan imunitas/daya tahan tubuh terhadap kanker.

3. Avoid common contaminants. Hindari memasukkan makanan atau minuman panas di wadah plastik. Zat kimia dari plastik bisa masuk ke makanan dan minuman tsb. Sebisa mungkin gunakan wadah makanan dari gelas atau stainless steel. Hindari kosmetik yang mengandung paraben dan phtalathes. Zat kimia ini diketahui dapat menyebabkan kanker. Gunakan alat masak yang terbuat dari stainless steel atau gelas. Gunakan water filter jika akan menggunakan air dari keran untuk dikonsumsi. Saat menggunakan cell phone, sebisa mungkin jangan menempel di kuping, berikan jarak. Taruh pakaian yang di-dry clean di luar rumah selama 2 jam sebelum dipakai atau disimpan di lemari.

4. Reach out to at least 2 friends for support (logistical and emotional) during times of stress. Hug your loved ones often. Teman atau orang yang dekat dengan kita bisa membantu mengurangi stres dan beban emosi.

5. Learn a basic breathing technique. Berguna untuk melepaskan stress saat kita kesal, marah, tertekan. Membantu menstabilkan emosi.

6. Make sure you do one thing you love for yourself on most days. Jangan merasa egois jika setiap hari kita khusus melakukan sesuatu yang benar-benar kita suka untuk diri kita sendiri, bukan untuk anak, suami/istri, keluarga, teman, orang lain. Kita juga harus mencintai dan mengurus diri sendiri.

7. Find out how you can best give something back to your local community, then give it. Lakukan kegiatan sukarela yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Setelah kita mencintai diri sendiri tiba saatnya untuk menberikan manfaat bagi orang lain. ;)

Anti Cancer Rules - Food

(rangkuman dari buku Anti Cancer A New Way of Life dan materi Patient Education dari MD Anderson)

Tulisan ini akan dibagi menjadi 2 yaitu Food dan Non-Food

Food

1. Plant based diet. Minimal 2/3 makanan yang kita makan sehari-hari harus berasal dari tumbuhan. Lebih baik lagi jika 80% isi piring kita saat makan pagi/siang/malam berupa sayuran.

2. Mix your vegetables and fruits. Have variety of colors. Semakin banyak variasi sayuran dan buah semakin baik untuk memperoleh berbagai phytochemicals dari masing-masing sayur/buah. Phytochemicals berguna dalam meningkatkan ketahanan tubuh terhadap sel kanker.

3. Prefer organic. Namun apabila tidak tersedia, lebih baik makan sayuran non-organic dibanding tidak makan sama sekali.

4. Add turmeric (with black pepper) ke semua masakan. Kunyit mengandung zat yang bersifat anti-inflammatory, anti-oxidant, dan anti-carcinogenic yang semua berguna dalam mencegah bahkan menghancurkan sel kanker.

5. Go low on potato. Kentang cepat sekali menaikkan gula darah (yang menyuburkan sel kanker) dan sangat tinggi kandungan pestisidanya.

6. Eat fish 2 or 3 times a week. Ikan banyak mengandung omega-3 yang penting dalam meningkatkan imunitas.

7. Only omega-3 eggs, or don't eat the yolks. Ayam yang makanannya berasal dari jagung dan kedele (makanan ayam di peternakan pada umumnya) mengandung banyak omega-6 yang juga diteruskan ke telurnya. Omega-6 bersifat inflammatory yang disukai sel kanker.

8. Only olive and canola oil in cooking and salad dressings. Namun jangan gunakan olive oil untuk memasak yang terlalu panas karena lemaknya bisa berubah menjadi berbahaya bagi kesehatan. Canola oil lebih tahan panas dibanding olive oil. Minyak lainnya seperti soybean oil, corn oil, and sunflower oil mengandung banyak omega-6.

9. Keep your carbs brown (whole grains). Karbohidrat (beras, tepung, pasta) yang berwarna putih (refined) menyebabkan lonjakan gula darah yang merupakan makanan sel kanker.

10. Cut down on sugar. Sama seperti refined carbs, gula menyebabkan lonjakan gula darah. Sebagai alternatif gula gunakan agave nectar dan stevia. Jangan gunakan artificial sweetener seperti saccharin, aspartame, sucralose, neotame, dan acesulfame potassium.

11. Drink 3 cups of green tea per day. Green tea mengandung anti-oxidant yang bagus dalam mencegah berkembangkan sel kanker.

12. Add Mediternian herbs to your food. Thyme, oregano, basil, rosemary, marjolaine, mint, etc. Daun-daun herbal ini mengandung banyak phytochemicals.

13. Less meat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makan daging merah dan processed meat (sosis, kornet, salami, bologna) dalam jumlah banyak meningkatkan risiko kanker. Hasil penelitian juga menunjukkan jika grilling (membakar seperti sate dan barbeque), frying (goreng) and broiling (membakar namun apinya dari atas bukan bawh seperti grilling) daging menghasilkan carcinogens (zat penyebab kanker).

14. Limit artificial additives and preservatives. Contohnya MSG (monosodium glutamate), BHT (butylated hydroxytolune), pewarna makanan (seperti Yellow no.5, blue no.2), nitrite (yang digunakan sebagai pengawet dalam processed meats), trans/interesterified fats (makanan yang mengandung ingredient berupa partially hydrogenated atau hydrogenated oil)

Saturday, October 26, 2013

Kekuatan Kata-kata

Saya sering mendengar kalau orang Amerika suka ngomong. Dalam pekerjaan saya sebelumnya, saya lihat mereka memang pandai sekali dalam melakukan presentasi. Di kantor saya, apabila ada presentasi dari orang-orang bule, saya selalu terkesan dengan cara mereka menjelaskan materi presentasinya. Sangat meyakinkan. Selain dari presentasi para bule, otomatis tidak ada lagi bukti dari pendapat bahwa orang Amerika suka ngomong.

Sampai akhirnya saya tingal di USA selama beberapa tahun. Di awal-awal kami pindah, saya sering kaget menjumpai tetangga-tetangga kami yang selalu menegur dan melambaikan tangan apabila berpapasan di dalam kompleks apartemen padahal kami tidak mengenal mereka sebelumnya. "Good morning", "how are you", atau sekedar "Hi" terucap dari mulut mereka. Ini merupakan pengalaman yang cukup mengesankan bagi saya yang selama tinggal di Jakarta jarang sekali mendapatkan sapaan hangat dari orang-orang yang tidak saya kenal.

Orang Amerika juga spontan dalam mengungkapkan apresiasinya. Seringkali saya mendapat pujian dari orang asing yang saya temui entah di supermarket, toko buku, sekolah anak, restauran bahkan di rumah sakit. Apabila melihat sesuatu yang mereka sukai, mereka tidak segan-segan untuk menyampaikannya. Entah sepatu yang kita pakai, baju, tas, asesoris, sampai scarf untuk menutupi kepala botak saya setelah kemo pernah mendapat pujian. Ini tidak hanya terjadi pada saya. Teman-teman kami dan keluarganya sesama orang Indonesia di sini juga menceritakan hal yang sama. Mereka seringkali terpana mendapat pujian yang tidak disangka-sangka. Komentar seperti "That's a beautiful brooch", " I like your shoes" , "Your boots are so cool, I want to ask my dad to give me that on my birthday", dll.

Bisa saja kita curiga bahwa pujian tersebut tidak tulus. Jika yang mengatakannya adalah front officer dari hotel yang kita tinggali, atau dealer mobil, atau pramugari, atau customer service di department store, tentu kita percaya bahwa mereka hanya menjalankan tugasnya untuk bersikap manis dan ramah terhadap pelanggan. Namun jika yang mengatakannya adalah orang yang tidak memiliki kepentingan dengan kita, bagaimana kita tidak merasa tersanjung. Bagaimana saya tidak berbunga-bunga saat seorang perempuan muda khusus menghampiri saya hanya untuk mengatakan"I have to tell you this, your purse (handbag, orang Amerika bilang tas wanita purse bukan handbag seperti di Inggris) is so cute. I got the same line but yours is cuter. Oh and look you have the watch too!". Wanita mana yang tidak mengembang hatinya mendapat komentar spontan seperti itu dari wanita lain.

Komentar-komentar ringan dan spontan seperti itu terkadang bisa memberikan impak yang sangat mendalam. Setelah didiagnosa terkena penyakit serius seperti kanker PD, tidak aneh jika muncul pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang telah saya perbuat hingga saya mengalaminya, apa dosa saya. Namun pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang seringkali justru membuat perasaan pasien semakin terpuruk dan merasa dirinya tidak sebaik yang lain. Pada beberapa kasus bisa membuat depresi dan kondisi kesehatan yang memburuk.

Kemarin di rumah sakit saat saya menunggu radiasi, salah seorang pasien mengatakan sesuatu yang akan saya ingat selamanya. Itu pertemuan kedua saya dengannya. Sebelumnya kami sempat bertukar cerita tentang penyakit yang kami derita masing-masing dan sekilas latar belakang kami. Saat bertemu untuk yang kedua kali ia mengatakan, "Hi, how are you? Your story touched me, you are always in my prayer. Having to send your baby away must be really hard. You are so strong. You must be a special woman.". Mata saya berkaca-kaca mendengarnya. Selama ini, meskipun saya selalu yakin bahwa Allah SWT memberikan ujian ini sesuai kemampuan saya, bahwa penyakit ini juga merupakan bentuk ujian untuk menjadi manusia yang lebih baik, namun mendengar ada orang lain yang tidak saya kenal, mengatakan bahwa saya wanita spesial, tetap saja menyentuh hati saya sedalam-dalamnya.

Seperti pepatah mengatakan lidah bisa setajam pedang, lidahmu harimaumu, kata-kata yang kita ucapkan bisa membekas di hati orang yang mendengarnya, selamanya. Bisa menyakiti namun bisa juga membesarkan hati. Semua tergantung bagaimana kita menggunakannya. Kalau senyuman saja bisa membuat orang lain bahagia, apalagi kata-kata manis kita yang terucap dengan tulus. Mungkin tidak hanya membuat hari-hari seseorang cerah ceria namun bahkan bisa merubah hidupnya selamanya.

Wednesday, October 23, 2013

Cerita tentang Teman

Hari ini saya hanya mau bercerita. Cerita pendek tentang teman-teman baru di rumah sakit.

Datang setiap hari ke rumah sakit untuk radiasi, membuat saya bertemu banyak orang terutama sesama pasien yang sedang diradiasi. Umumnya mereka berusia di atas saya. Dalam kaca mata penyakit kanker PD, umur 37 (usia saya saat ini) tergolong muda. Rata-rata pasien berumur 50 tahun ke atas. Berada di sekitar mereka membuat saya merasa muda sekali, apalagi kemarin ada 2 orang pasien mengatakan tampang saya seperti remaja. Ha3... Lumayanlah paling tidak ada hal-hal yang membesarkan hati di RS.

Inilah sekilas latar belakang teman-teman baru saya (semua nama saya ganti untuk privacy). Rena saya kenal saat sedang menunggu kelas hatha yoga ( ada banyak sekali kelas-kelas bagian dari integrative medicine di sini yang akan saya ceritakan juga di lain kesempatan). Ia berada di RS ini untuk mendampingi suaminya yang sedang menjalani pengobatan untuk kanker PD. Ya benar, suaminya yang terkena kanker PD. Mereka berdua berusia 53 tahun. Saya tahu bahwa kanker PD bisa menyerang laki-laki tapi tetap saja saat menjumpai sendiri kasusnya saya cukup kaget. Karena prosedur deteksi dini tidak sebaik pada wanita (saya belum pernah mendengar ada mammogram untuk laki-laki) maka saat diketemukan, kanker pada suami Rena sudah stadium lanjut (4) menyebar (metastase) ke tulang pinggul. Metastase pada kanker PD biasanya memang ke tulang, hati, paru-paru, dan otak. Mereka menemukan kanker PD tersebut karena terdapat benjolan di PD suaminya yang terlihat jelas dengan mata dan terasa keras seperti batu saat diraba. Benjolan tersebut membesar cukup cepat dalam waktu 1 minggu begitu tuturnya. Seperti saya, suami Rena menjalani operasi pengangkatan PD(mastectomy), kemoterapi dan radiasi.

Juni saya kenal di kelas Get Moving. Kelas ini mengkombinasikan musik dengan gerakan-gerakan senam, seperti perpaduan aerobik dan dansa. Juni berusia 39 tahun, ia kelihatan penuh semangat dan energi. Rambutnya pun masih lebat tidak seperti pasien kanker yang pernah kemoterapi. Hanya coretan-coretan di dada dan lehernya yang menunjukkan bahwa ia juga sedang menjalani radiasi. Saya tanyakan kenapa rambutnya tidak rontok, apakah ia tidak menjalani kemoterapi. "Saya dikemoterapi 4 tahun yang lalu. Sekarang tidak lagi, hanya radiasi. Kanker itu datang kembali dan sekarang metastase ke hati." Begitu ceritanya. Ooohhh....saya tidak tahu harus berkata apa. Kanker yang muncul kembali adalah hal yang paling ditakutkan semua orang yang pernah berjuang melawannya. Bukan saja beratnya proses pengobatan yang harus dijalani namun biasanya apabila kanker itu muncul lagi maka prognosis atau harapan/prediksi ke depannya lebih suram dari diagnosa yang pertama. Terus terang saya salut melihat semangat hidup yang memancar dari diri Juni.

Teri saya temui di kelas Breast Cancer Support Group. Ia telah menyelesaikan proses pengobatan 2 tahun yang lalu. Saat ini ia sehat, bugar dan segar. Ia datang ke RS untuk kontrol rutin tahunan. Teri adalah salah seorang dari pasien yang penyakitnya muncul didorong faktor genetik. Ada 2 gen dalam kromosom kita yang berhubungan dengan kanker PD, BRCA1 dan BRCA2. Gen-gen ini bertugas mengganti sel-sel yang rusak. Jika gen ini termutasi maka ia tidak bisa lagi menjalankan tugasnya sehingga sel yang rusak bisa berubah menjadi kanker.  Hasil tes genetik Teri menunjukkan kalau BRCA1nya positif mutasi. Berdasarkan hasil uji gen tersebut, ia menjalani double mastectomy 2 tahun yang lalu (sama seperti Angelina Jolie, hanya saja Teri sudah terkena kanker sementara Jolie tidak). Ia bercerita bahwa adik perempuannya juga positif BRCA1 namun sama seperti Jolie tidak menderita kanker. Langkah preventif double mastectomy yang dilakukannya belum dilakukan oleh adiknya. Memang tidak mudah untuk wanita yang sama sekali sehat  untuk dapat merelakan PD-nyadibuang walaupun itu untuk menghindarinya dari penyakit kanker. Orang yang positif BRCA1 atau 2 memiliki probabilitas terkena kanker PD dalam hidupnya sebesar 80% dan 55% kanker ovarium untuk BRCA1 dan 25% untuk BRCA2. Saat ini Teri masih membujuk adiknya untuk melakukan double mastectomy. Ia sendiri sedang mempersiapkan diri untuk menjalani operasi oophorectomy yaitu pengangkatan ovarium untuk mencegah kanker ovarium di kemudian hari.

Saya bertemu Kristine di kelas pilates. Kristine mempunyai 2 orang anak yang pertama berusia 24 sedang kuliah S2 dan yang kedua 21 tahun sedang kuliah S1. Suaminya meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Setahun yang lalu di bulan Oktober dirinya didiagnosa kanker PD. Dua tahun terakhir ini merupakan saat yang berat baginya namun ia tetap semangat. Sebagaimana umumnya pasien radiasi, ia harus menyelesaikan 30 kali radiasi. Saat ini ia sudah setengah jalan. Berarti hanya berbeda 2 minggu dengan saya tetapi saya heran mengapa ia baru radiasi sekarang sementara diagnosanya berbeda sekitar 3 bulan lebih dulu dari saya. Saat saya tanyakan, ia bercerita bahwa ia harus menjalani 3 kali operasi. Operasi pertama, dokter mengambil benjolan di PD-nya. Setelah hasil pathology keluar ternyata margin dari benjolan yang diambil belum bersih dari sel kanker sehingga ia harus kembali dioperasi. Demikian pula yang terjadi pada operasi kedua. Saat diberitahu harus kembali lagi ia bilang "Sudah dok, dibuang saja semua PD kiri ini.". Namun dokter tidak setuju. Akhirnya setelah operasi ketiga margin yang diambil menunjukkan area bersih yang mencukupi. Wow, baru saya tahu bahwa operasi bisa dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan margin yang bersih.

Selanjutnya ada lagi Anne, Becky, dan Lisa. Saya tidak akan bercerita tentang mereka di sini karena tiba saatnya makan siang dan setelah makan siang kelas Yoga for Health sudah menanti ;).

Tuesday, October 22, 2013

Celebrating Life

Menjadi pasien kanker stadium 3, yang tengah menjalani radiasi, dengan kepala botak, PD hilang satu, tangan kiri berisiko terkena lymphedema (pembengkakan), dan kulit bagian dada yang di radiasi tinggal menunggu waktu untuk memerah, menghitam dan mengelupas, bukan berarti saya tidak dapat berbahagia.

Wiken kemarin merupakan saat yang sangat mengesankan. Saya, suami dan anak kami pergi ke Hermann Park. Suami saya jogging keliling taman, anak kami main di playground, dan saya mengawasi mereka dengan senyum mengembang. Kami juga sempat naik kereta api mini mengitari taman. Anak kami senang sekali, pemandangan di taman sangat indah dan cuaca cerah bersahabat. Menikmati semua itu, saya bahagia.

Dari taman kami pergi ke kafe ala Perancis di Rice Village untuk sarapan crepes. Kafe ini kecil namun padat pengunjung. Meja kursi di tata sedemikian rupa sehingga dapat menampung banyak orang di area yang sangat terbatas. Hujan rintik-rintik saat kami keluar mobil dan berjalan ke arah kafe. Kami harus parkir agak jauh karena banyaknya pengunjung. Duduk bersama keluarga tercinta menikmati sarapan lezat dan menyaksikan orang-orang lain bercengkrama dengan keluarga dan kerabatnya, saya menarik nafas bahagia.

Semakin beranjak usia, semakin saya berusaha mensyukuri semua yang terjadi dalam hidup ini, saat ini. Hidup saya jauh dari sempurna. Kalau mau mengeluh dan bersedih, banyak yang bisa dijadikan alasan. Saya didiagnosa kanker PD saat anak kedua kami berusia 6 bulan. Hidup jauh di negara orang, kami harus merelakan anak kami ini kembali ke Indonesia untuk diasuh oleh orang tua kami. Kemoterapi yang berhasil saya jalani tidak hanya meninggalkan kepala yang licin namun juga berbagai efek samping yang dalam jangka panjang, saya hanya bisa berdoa agar tidak pernah terjadi. Operasi pengangkatan tumor membuat fisik saya tidak lagi sempurna sebagai seorang wanita. Sementara radiasi yang sedang saya jalani meskipun tidak terlalu berat dari segi fisik saat ini, namun sekali lagi efek samping jangka panjang terhadap jantung yang dekat dengan daerah yang diradiasi, sekali lagi hanya doa yang bisa saya panjatkan. Belum lagi saya harus berpisah dengan keluarga selama proses radiasi ini. Kami tinggal di Mandeville,  Louisiana dan pengobatan saya dilakukan di MD Anderson, Houston, Texas. Selama hampir 7 minggu saya harus tinggal seorang diri. Suami dan anak saya hanya bisa menjenguk di saat wiken.

Kalau mau tenggelam dalam kesedihan, kekecewaan dan kekhawatiran, sangat mudah bagi saya untuk melakukannya. Tinggal saya membayangkan ketidakpastian masa depan, berapa tahun sisa umur saya, akankah kanker ini datang kembali, organ apa yang akan diserang apakah hati, paru-paru, tulang, otak, seberapa sakitnya nanti, apakah efek samping yang dikhawatirkan akan terjadi, bagaimana dengan anak-anak dan suami saya apabila umur saya tinggal sebentar lagi, dst, dst, dst.

Namun saya memilih untuk tidak melakukannya. Saya memilih untuk berpegang pada apa yang saya miliki saat ini. Pada apa yang Allah SWT berikan pada saya saat ini. Bukan pada apa yang di luar kendali saya, yang hilang, lepas atau tidak saya miliki.

Hari demi hari saya syukuri. Saya bersyukur atas hidup ini. Bahwa saya masih dapat bernafas, berjalan, berlari, tertawa. Saya masih dapat melihat dan mengasuh anak-anak dan suami. Saya diberikan keluarga yang sangat mencintai saya, diberikan kesempatan berobat di sini, diberikan kesadaran bahwa apapun hidup yang ada di hadapan kita itu adalah yang terbaik.

Demikianlah saya tersenyum bahagia menikmati cerahnya matahari pagi di taman kecil di rumah sakit ditemani kicauan burung dan secangkir kopi hangat.

MD Anderson