Monday, November 4, 2013

Laugh at Ourself

Seringkali kita secara spontan tertawa melihat seseorang tidak sengaja tersandung lalu terjatuh dan menunjukkan mimik muka yang lucu. Atau melihat rekaman video candid tentang seseorang yang terkaget-kaget lalu mengucapkan kata-kata aneh saat ditakut-takuti. Atau kita juga akan tertawa melihat anak kecil yang sedang belajar makan menggunakan sendok berteriak-teriak kesal dan membuang sendok serta piring penuh makanan ke lantai karena berkali-kali tidak berhasil menyendok makanannya. Semua menjadi lucu jika bukan kita yang mengalaminya.

Sekarang bayangkan jika semua itu terjadi pada diri kita. Hmmm rata-rata kita akan merasa kesal terhadap lantai yang tidak rata yang membuat kita tersandung, atau sebal terhadap orang yang ngerjain kita, atau bahkan marah melihat anak kita mengotori karpet baru di rumah.

Ternyata emosi yang terlibat bisa sangat berbeda antara pelaku penderita dengan penonton. Kenapa sebagai penonton kita bisa tertawa? Apakah mungkin sebagai pelaku penderita kita juga bisa tertawa? Setelah saya pikir-pikir lagi, ya kita bisa. Harus bisa.

Jika kita posisikan diri kita sebagai penonton yang melihat kejadian itu, kita juga akan bisa tertawa geli. Tidak ada salahnya kita menarik diri sebentar dan melihatnya sebagai tontonan, pasti akan terlihat lucu. Akan sangat melegakan apabila kita juga bisa menertawakan hal-hal bodoh yang terjadi pada diri kita. Apabila tidak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk mengubah yang telah terjadi, mengapa kita tidak tertawa saja. Mengapa kita mau menjadi korban 2 kali? Kalau kita sudah terlanjur jatuh, kesal tidak akan membatalkan jatuh yang sudah terjadi. Karpet sudah terlanjur kotor, marah tidak akan membuat karpet menjadi bersih. Mengapa kita tidak tertawa saja? Paling tidak kita bisa ikut senang melihat kejadian lucu.

Seperti wiken kemarin. Seperti biasa Hermann Park menjadi tujuan kami menghabiskan Sabtu pagi. Semua berjalan menyenangkan sampai kami naik kereta api mini keliling taman. Hingga.....saya tidak sengaja menjatuhkan air mineral botol saya dari atas kereta yang sedang berjalan. Entah kenapa, hal itu sangat mengganggu anak kami. Mood-nya langsung berubah, ia menjadi kesal dan meminta saya mengambil air botol yang jatuh. Yang tentu saja tidak mungkin mengingat kami sedang di atas kereta yang terus berjalan. Bukan sekali ia meminta saya mengambilnya. "Mommy, you dropped your water. You have to get it back." Begitu katanya. Berulang-ulang dengan mimik muka kesal. Satu menit, dua menit hingga hampir 10 menit. Suasana yang tadinya menyenangkan tinggal sedikiiiittt lagi berubah. Saya yang tadinya dengan sabar dan tenang menjawab "Yes, I accidentally dropped the bottle but I can't get it back now the train is moving.", lalu "I don't need the water anymore.", lalu "I will just buy another bottle when the train stops." lalu capek sendiri dan saya diamkan saja.

Hampir saja saya kesal dan sebal dengan situasi yang saya hadapi, kenapa sih anak ini tidak mau mengerti juga. Namun saya sempat berpikir untuk melakukan eksperimen emosi. Saya mencoba menarik diri, mengambil jarak dari apa yang terjadi, menjadi penonton. Boom, tiba-tiba situasi yang hampir membuat saya kesal justru saya lihat menjadi lucu. Anak kami yang berulang-ulang mengatakan hal sama dengan kesalnya, menjadi pemandangan  yang lucu yang membuat saya tertawa. Lalu, bukannya saya marah dan memarahi anak kami, saya justru tertawa geli. Saya mengajak suami saya menertawakan situasi yang kami hadapi. Ajaibnya dengan tertawa itu, saya menjadi rileks dan bisa muncul ide untuk mengalihkan perhatian anak kami dari hal yang membuatnya kesal. Ha3... Selamatlah wiken kami saat itu.

Sooooo, lain kali jika kita terjebak kemacetan karena salah mengambil jalan, tertawalah. Silly things happen in our life. Why not get the fun of it. Laugh out loud! Ha3...

2 comments:

  1. hihi mikail mikail... lucunya... iya bener bgt dek .we can't control everything sometimes we just need to relax and let life happen...krn pasti hal2 yg enak dan ngga enak itu semua relatif tergantung dr sudut pandang kita...:)

    ReplyDelete
  2. Ha3... Iya mbak, lucu bgt ya Mika :)) iya bener bgt mbak, santai aja ya jangan terlalu serius. Banyak ketawa bagus katanya. Di sini malah ada kelas khusus utk ketawa namanya Laughter for Health ;)

    ReplyDelete